Kopi Ekselsa (Excelsa Coffee - Coffea dewevrei) ditemukan pertamakali oleh
A. Chevalier pada tahun 1905 di Afrika Barat, di sekitar Sungai Char, dekat Danau Chad. Kopi Ekselsa sangat mirip dengan Kopi Liberica (Coffea liberica). Kopi Ekselsa tidak terlalu peka terhadap penyakit HV seperti hanya Kopi Arabika. Kopi Jenis ini sangat cocok dibudidayakan di dataran rendah yang basah karena memang daya tahan hidup kopi ini sangat kuat.
Kopi Ekselsa (Excelsa Coffee) Di Daerah Jambi
Kopi Ekselsa (Excelsa) merupakan jenis kopi yang relatif mudah dalam pembudidayaannya, karena tidak rentan terhadap serang penyakit dan kopi ini dapat juga ditanam di atas lahan gambut. Cukup dalam kurun waktu 3,5 tahun, tanaman kopi ini sudah mampu memproduksi beras kopi sekitar 800-1200 kg per Hektar. Di berbagai daerah di Indonesia, kopi jenis Ekselsa (Excelsa coffee) memang sangat jarang dibudidayakan oleh masyarakat. Namun tidak sama halnya dengan masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat – JAMBI, para petani disana telah membudidayakannya sejak 50 tahun yang lalu. Dalam segi harga memang kopi ini jauh dibawah harga kopi arabika, meskipun demikian adakalanya harga kopi ekselsa lebih mahal dari harga kopi Robusta, itu karena kopi Ekselsa cukup diminati oleh perusahaan-perusahaan kopi Instan di negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapore.
Another Nice Places